8 Etnis Sumatera Utara
PAKAIAN ADAT SIMALUNGUN
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian
adat suku Simalungun tidak terlepas dari penggunaan kain Ulos (disebut Uis di
suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada kain khas serupa Ulos
yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya. Ulos pada mulanya identik dengan
ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat religius magis
dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan
perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa
Batak, memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar,
Muangthai dan Laos, khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan mangulosi (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut Dalihan Natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
Secara legenda ulos dianggap sebagai salah satu dari 3 sumber kehangatan bagi manusia (selain Api dan Matahari), namun dipandang sebagai sumber kehangatan yang paling nyaman karena bisa digunakan kapan saja (tidak seperti matahari, dan tidak dapat membakar (seperti api). Seperti suku lain di rumpun Batak, Simalungun memiliki kebiasaan mangulosi (memberikan ulos) yang salah satunya melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, sebagai kain penutup kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung dan lain-lain. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan jenis yang berbeda-beda, misalnya ulos penutup kepala wanita disebut suri-suri, ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut jabit. Ulos dalam pakaian penganti Simalungun juga melambangkan kekerabatan Simalungun yang disebut Dalihan Natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).
Menurut Muhar Omtatok, Budayawan Simalungun, awalnya Gotong (Penutup Kepala Pria Simalungun) berbentuk destar dari bahan kain gelap ( Berwarna putih untuk upacara kemalangan, disebut Gotong Porsa), namun kemudian Tuan Bandaralam Purba Tambak dari Dolog Silou juga menggemari trend penutup kepala ala melayu berbentuk tengkuluk dari bahan batik, dari kegemaran pemegang Pustaha Bandar Hanopan inilah, kemudian Orang Simalungun dewasa ini suka memakai Gotong berbentuk Tengkuluk Batik.
Dalam
masyarakat Batak Simalungun, Ulos yang dikenal dengan nama hiou digunakan untuk
penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipanei, sementara ulos yang
digunakan sebagai pakaian sehari-hari disebut jabit. Penutup kepala wanita
disebut suri-suri, sedangkan penutup kepala lelaki disebut Gotong. Pada pakaian
pengantin Simalungun ulos digunakan untuk melambangkan kekerabatan yang biasa
disebut dengan dalihan natolu atau tolu sahundulan. Pakaian ini terdiri dari
tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah
(sarung).
Pakaian Adat Batak Toba
Mulanya
nenek moyang suku Batak yang memiliki kebiasaan tinggal dan berladang di
kawasan pegunungan mengandalkan sinar matahari dan api sebagai tameng untuk
menghalau rasa dingin. Namun lambat laun mereka menyadari bahwa matahari tidak
dapat diperintah untuk menuruti kehendak manusia. Ditambah lagi cuaca yang
tidak bersahabat serta udara malam yang begitu dingin nenek moyang mereka berpikir
keras mencari cara lain yang lebih praktis sebagai alternatif untuk
menggantikan api yang dirasa terlalu beresiko saat malam hari. Maka lahirlah
kain ulos sebagai budaya asli suku Batak yang dianggap paling nyaman dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari.
Sesuai
dengan pepatah Batak yang berbunyi “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni
holong” yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos
adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Dengan demikian kain ulos dijadikan
simbol restu, kasih sayang dan persatuan. Ulos dapat dikenakan dalam berbagai
bentuk mulai dari selendang, sebagai kain penutup kepala, bagian bawah, bagian
atas, penutup punggung.
Ulos
penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan
Sorotali. Sortali merupakan ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota
dan umumnya terbuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus
dengan kain merah. Sortali ini biasanya digunakan pada pesta-pesta besar oleh
kaum laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi seperti halnya ulos penggunaan
sortali memiliki aturan sendiri dan tidak boleh dikenakan secara sembarangan.
Pakaian ADAT SUKU KARO
pernak pernik emas yang dipakai konon dulunya adalah emas murni namun sekarang hanya imitasi,sebenarnya emas masih banyak imitasi.
pakaian adat karo memang sangat luks,idependent bukti bahwa suku karo adalah golongan para namun bisa dibandingkan dengan pakaian adat daerah lain ciri khas karo memang angat kental.
A.pakaian Pria
-Kain Merah kepala dan pundak = Beka buluh (bulang-bulang)
B.pakaian Wanita
-Kain merah di kepala = Tudung
-yang di pegang tangan = Kampil
PAKAIAN ADAT NIAS
Pakaian Adat Nias Pakaian adat suku
Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Õröba Si’öli untuk
pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning
yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun
filosofi dari warna itu sendiri antara lain:
*Warna kuning yang dipadukan dengan corak
persegi empat (Ni’obakola) dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering
dipakai oleh para bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan,
kemakmuran dan kebesaran.
*Warna merah yang dipadukan dengan
corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk
menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para prajurit.
*Warna hitam yang sering dikenakan
oleh rakyat tani menggambarkan situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
*Warna putih yang sering dikenakan
oleh para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian, kemurnian dan
kedamaian.
Pakaian,
perhiasan dan senjata di Nias sangat beraneka ragam serta diberi warna dan
hiasan (ukiran) yang bermacam-macam pula. Dalam upacara adat atau upacara
kebesaran, pakaian dan perhiasan yang berwarna keemasan atau kekuning-kuningan
sangat digemari selain kombinasi beberapa warna lain seperti hitam, merah dan
putih. Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola) dan
pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk
menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran. Warna
merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/ ni’ogöna) sering
dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas
para prajurit. Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan
situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
Warna putih
yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere) menggambarkan kesucian,
kemurnian dan kedamaian. Untuk melengkapi keagungan dan kemegahan penampilan
dalam suatu upacara kebesaran (Owasa/ fa’ulu), seorang pria dewasa harus menyelipkan
senjata di pinggangnya. Tolögu dan Gari si so rago merupakan senjata yang
sangat disukai oleh kalangan bangsawan, panglima dan para prajurit. Pada
senjata atau hiasan sering sekali diberi kepala monster (Lasara) atau
ukiran-ukiran binatang buas yang angker yang menggambarkan keperkasaan,
keberingasan, dan kekuatan kekuasan seseorang.
PAKAIAN
ADAT SUKU MELAYU
Pakaian adat tradisional
Melayu ada 3 macam pakaian adat tradisional Melayu yaitu Siak Riau, Indragiri
dan Bengkalis Riau.
Pakaian
adat suku pakpak
1. BAJU MERAPI-API
Baju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.
2. BULANG-BULANGBaju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.
Bulang-bulang Adalah penutup kepala, sebuah lambang kehormatan dan kewibawaan, dibetuk sedemikian rupa dari bahan oles perbunga mbacang.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Saat Mengenakan Baju Adat Pakpak pada saat pembukaan pekan raya Sumut (PRSU) tahun 2011 di Medan | Photo: Antara Sumut
3. CELANA PANJANG
Celana panjang berwarna hitam, sama dengan kemeja pada ujungnya juga terdapat variasi warna merah dan putih. Ukurannya umumnya tidak sampai menyentuh ujung kaki melainkan berada pada posisi tanggung, seperti celana yang biasa digunakan oleh atil silat atau karate.
4. SARUNG (OLES SIDOSDOS)
Celana panjang hitam kemudia ditutupi oleh oles sidosdos secara melingkar dengan ujung yang terbuka didepan.
5. BORGOT
Kalung yang terbuat dari emas, baik emas murni atau perak dilapisi emas. Sangat tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik atau penggunanya. Rangkaian emas yang diikat dengan benang Sitellu rupa dan diujungnya terdapat mata kalung bergambar kepala kerbau. Rangkaiannya terdiri dari 32 keping
6. SABE-SABE
Oles Polang-polang atau pada pemakai yang punya keberadaan lebih tinggi oles Gobar, diletakkan pada bahu sebelah kanan terurai dari belakang hingga kedepan. Oles dilipat dan disesuaikan dengan corak oles.
7. REMPU RIAR
Sejenis pisau yang dibungkus dengan sarung yang diliti atau dilapisi emas atau perak (riar=uang jaman dahulu). Diselipkan di pinggang melalui rante abak.
8. RANTE ABAK
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
9. UCANG
Anyaman daun pandan (legging) berbentuk tas dihiasi dengan manik-manik dengan tali terbuat dari kain berwarna merah. Bisa dilatakkan pada bahu sebelah kiri namun sesekali juga dipegang oleh pemakai.
10. TONGKET
Tongkat yang sering juga dinamai tongket balekat, terbuat dari kayu berkwalitas tinggi, pada kepala dan batangnya terukir dengan gerga pakpak. Beberapa bukunya diikat dengan bahan emas, perak, atau loyang.
Pakaian Adat Pakpak Wanita | Photo: facebook
B. Pakaian Adat Pakpak Untuk Wanita
1. BAJU MERAPI-API
Baju modelleher segitiga berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Berebda dengan pria variasi warna merah putih tidak ditemukan, namun disekitar lengan atas terdapat manik-manik dengan gambar terlihat seperti kepala kerbau. Demikian juga pada ujung lengan. Kancing yang digunakan pada kemeja ini berbentuk bulat melingkat berlobang dengan ukuran jari-jari 3 Cm
2. SARUNG (OLES PERDABAITAK)
Hampir sama dengan Pria, oles perdabaitak dililit pada pinnggang secara melingkar.
3. SAONG
Tutup kepala yang dibentuk sedemikian rupa dengan oles silima takal. Pada wanita muda dibentuk lonjong dengan sudut runcing kebelakang, dengan rambu yang terurai di dahi. Namun pada usia dewasa bentuknya lebih sederhana dengan rambu terurai kebelakang.
4. LEPPA-LEPPA
Kalung wanita dengan bentuk dan bahan yang sama dengan pria. Bedanya dengan pria barangkali karena tidak ata mata kalung sebagaimana yang terdapat pada borgot. Jumlah rangkainnya juga berbeda dan cenderung lebih pendek.
5. RANTE ABAK
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
6. RABI MUNDUK
Sejenis Pisau yang terbuat dari besi dengan ujung pisau melingkar kecil keatas, gagangnya (sukul) terbuat dari jenis kayu berkwalitas tinggi, berukir dan ujungnya dililiti emas atau perak.
7. PAPUREN
Sejenis sumpit dari rajutan atau anyaman pandan dilapisi dengan api-api (manik-manik). Sama dengan pria sumpit ini juga bertali berwarna merah.
8. CULAPAH
Kotak kecil tempat tembakau dengan bahan yang terbuat bdari emas, perak atau loyang berukir sesuai gerga atau ornamen Pakpak yang ada. Ukurannya lebih kurang 6 x 8 cm.
9. KANCING EMMAS
Kancing bulat (berbentuk lingkaran) namun dengan lobang ditengah. Jari-jari lebih kurang 3-4 cm. Terbuat dari emas, perak atau logam yang dilapisi emas. Fungsinya sebagai hiasan, dan menutupi kancing sebenarnya. Artinya umumnya tidak berfungi sebagai kancing dalam artian yang sebenarnya, hanya merupakan assesories semata.
Pakaian adat MANDAILING
Pengantin Mandailing menggunakan pakaian adat yang didominasi
warna merah, keemasan dan hitam. Pengantin pria menggunakan penutup kepala yang
disebut ampu-mahkota yang dipakai raja-raja Mandailing di masa lalu, baju
godang yang berbentuk jas, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua
pisau kecil disebut bobat, gelang polos di lengan atas warna keemasan, serta
kain sesamping dari songket Tapanuli. Sedangkan, pengantin wanita memakai
penutup kepala disebut bulang berwarna keemaasan dengan beberapa tingkat,
penutup daerah dada yaitu kalung warna hitam dengan ornamen keemasan dan dua
lembar selendang dari kain songket, gelang polos di lengan atas berwarna
keemasan, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau kecil, dan baju
kurung dengan bawahannya songket.
Pakaian adat batak pesisir
Comments
Post a Comment